Humas dan Jurnalis Bukan Tom and Jerry: Kolaborasi untuk Transparansi di Era Digital

Wednesday, 22 October 2025

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

HBM, saat memberi materi pada para peserta bimtek Santiaji Jurnalistik dan Kehumasan Bongkar Post Group 2025 di Ballroom Hotel Horison Bandarlampung, Sabtu (18/10/2025)/poto dok bongkarpost

HBM, saat memberi materi pada para peserta bimtek Santiaji Jurnalistik dan Kehumasan Bongkar Post Group 2025 di Ballroom Hotel Horison Bandarlampung, Sabtu (18/10/2025)/poto dok bongkarpost

Mengakhiri “Tom and Jerry” antara Humas dan Jurnalis

Suasana di Ballroom Hotel Horison Lampung  terasa hangat pagi itu, Sabtu (18/10/2025). Para peserta insan humas pemerintahan dan bisnis swasta, jurnalis duduk berdampingan, sebagian masih saling menatap dengan canggung. Di podium, tampil seorang pria berambut perak dengan gaya bicara lugas namun bersahabat — Hermansyah, atau yang lebih dikenal dengan nama pena Herman Batin Mangku (HBM).
Dengan suara tenang tapi berisi, HBM membuka paparannya, “Hubungan antara humas dan wartawan di Lampung ini kadang seperti Tom and Jerry — saling kejar, saling tuding, tapi sebenarnya tidak bisa hidup tanpa satu sama lain.”
Kalimat itu langsung mengundang tawa dan tepuk tangan peserta. Tapi di balik candaannya, terselip pesan serius: komunikasi publik di era digital harus dibangun di atas kepercayaan, bukan kecurigaan.

Dari Teknokra ke Helo Indonesia
Bagi dunia pers Lampung, nama Herman Batin Mangku bukanlah sosok asing. Ia memulai karier jurnalistik sejak masih menjadi mahasiswa Fakultas Pertanian Universitas Lampung (Unila) pada 1984. Bersama beberapa rekan, ia mendirikan UKM Teknokra, media kampus yang hingga kini tetap menjadi salah satu barometer jurnalisme mahasiswa di Indonesia.
Perjalanan panjangnya di dunia media membawanya menduduki posisi strategis di berbagai redaksi, hingga kini menjadi Pemimpin Redaksi Helo Indonesia. Di balik keseriusannya mengulas komunikasi publik, HBM juga dikenal sebagai pencipta karakter karikatur “Pakde Pakho”, tokoh satir yang pernah menghiasi *Lampung Post* era 1990-an.
Bagi HBM, profesi jurnalis dan humas sejatinya lahir dari semangat yang sama — melayani publik melalui informasi. “Keduanya punya tugas mulia: menjaga keterbukaan dan mendorong demokrasi. Tapi sering kali, ego membuat keduanya berseberangan,” ujarnya.

BACA JUGA  Pemprov Lampung Lantik 5.469 PPPK

Belajar dari Pemimpin yang Terbuka
Di tengah paparannya, HBM menyinggung sosok Gubernur Lampung Rahmat Mirzani Djausal sebagai contoh pejabat yang berani membuka diri terhadap publik.
“Pak Mirza itu sederhana. Ia ingin kepala dinasnya transparan, misalnya soal penggunaan APBD. ‘Biar masyarakat tahu, uang gua dipakai buat apa,’ begitu katanya,” ujar HBM menirukan gaya sang gubernur.
Menurutnya, keterbukaan seperti itu adalah kunci membangun kepercayaan publik. Sebaliknya, kepala daerah yang menutup akses informasi justru memberi kesan sedang menyembunyikan sesuatu. “Keterbukaan itu tanda keberanian. Kalau menutup diri dari pers, biasanya ada yang ingin ditutupi,” katanya tegas.

Pers dan Demokrasi di Era 5.0
Acara Santiaji Jurnalistik dan Kehumasan 2025 hari itu dihadiri oleh para pejabat pengelola informasi dan dokumentasi (PPID), pengelola media sosial OPD, perwakilan humas BUMN, BUMD, perguruan tinggi, hingga organisasi profesi komunikasi.
HBM menegaskan, peran pers sebagai pilar keempat demokrasi tidak bisa digantikan. “Media memastikan publik mendapat haknya atas informasi. Kalau pers dikekang, maka suara rakyat akan terputus,” ucapnya penuh keyakinan.
Ia juga menyinggung gaya komunikasi publik Presiden Prabowo Subianto, yang menurutnya menjadi contoh menarik di tingkat nasional. “Prabowo berusaha mengakomodasi semua kekuatan politik untuk menunjukkan pesan persatuan. Tapi dinamika publik tetap muncul, seperti tagar #IndonesiaGelap. Ini menunjukkan bahwa komunikasi publik adalah medan yang dinamis dan harus direspons cepat,” jelasnya.

Humas Bukan Musuh Wartawan
Di hadapan para peserta, HBM memberikan pesan yang paling banyak disambut anggukan: humas tidak boleh alergi terhadap wartawan.
“Pertanyaan wartawan adalah pertanyaan publik,” ujarnya. “Kalau humas menolak konfirmasi, maka produk jurnalistik bisa kehilangan keseimbangan. Tapi kalau merasa pemberitaan tidak berimbang, gunakan hak jawab. Itu cara profesional untuk menjaga etika komunikasi.”
Ia juga memuji sejumlah pejabat Pemprov Lampung yang dinilai komunikatif dan adaptif terhadap perkembangan media digital, seperti Sekdaprov Marindo Kurniawan, Kadisdikbud Thomas Amirico, dan Kadiskominfotik Ganjar Jationo. “Mereka ini tipe humas ideal — bukan hanya bisa bicara, tapi juga bisa mendengar,” katanya.

BACA JUGA  Purbaya: Siap-siap Anda Jadi Kaya Bersama Saya

Gairah Baru Komunikasi Lampung
Di akhir sesi, tiga tagar digaungkan dengan semangat oleh panitia dan peserta:
#SalamHumasLampung, #HumasLampungBerdaya, dan #LampungMajuIndonesiaEmas.
Ruangan bergemuruh ketika para peserta berdiri dan serempak meneriakkan yel:
“Saya Humas. Saya Berdaya. Saya Humas Berdaya!”
Sorak itu bukan sekadar slogan, melainkan penanda lahirnya tekad baru: membangun komunikasi publik yang transparan, santun, dan bersahabat dengan media. Sebuah langkah kecil menuju era di mana hubungan antara humas dan jurnalis tak lagi seperti Tom and Jerry, melainkan dua sahabat yang saling memahami dalam membangun citra dan kepercayaan publik.

[]

Penulis : Rusmin

Editor : MR Masjudin

Sumber Berita : Bongkar Post

Berita Terkait

Redenominasi Rupiah 2025: Langkah Reformasi Ekonomi di Era Purbaya
IPM Lampung 2025: Tren Positif, Tantangan Kesenjangan Geografis Masih Mengemuka
Kunjungan KPK ke DPRD Lampung: Langkah Awal Membangun Pemerintahan Bersih
Kerjakan Proyek Puluhan Miliar di PUPR Lamsel, CV Adie Jaya Perkasa Diduga Gunakan Alamat Palsu
Sinergi PWI Lampung dan Kemenkeu: Antara Transparansi Publik yang Diimpikan dan Tantangan Realitas
18 Pernyataan Purbaya: Manifesto Reformasi Fiskal atau Retorika yang Berisiko Polarisasi?
CV Adie Jaya Perkasa Kuasai Dua Proyek Bernilai Rp20 Miliar, Diduga Titipan Mantan Pejabat Lam-Sel
Tongkat Komando Berganti: Irjen Helfi Assegaf Resmi Pegang Kendali Polda Lampung, Janji Perkuat Sinergi Lawan Kejahatan Modern

Berita Terkait

Saturday, 8 November 2025 - 05:40 WIB

Redenominasi Rupiah 2025: Langkah Reformasi Ekonomi di Era Purbaya

Friday, 7 November 2025 - 19:38 WIB

IPM Lampung 2025: Tren Positif, Tantangan Kesenjangan Geografis Masih Mengemuka

Thursday, 6 November 2025 - 07:44 WIB

Kunjungan KPK ke DPRD Lampung: Langkah Awal Membangun Pemerintahan Bersih

Thursday, 6 November 2025 - 07:22 WIB

Kerjakan Proyek Puluhan Miliar di PUPR Lamsel, CV Adie Jaya Perkasa Diduga Gunakan Alamat Palsu

Wednesday, 5 November 2025 - 03:04 WIB

Sinergi PWI Lampung dan Kemenkeu: Antara Transparansi Publik yang Diimpikan dan Tantangan Realitas

Berita Terbaru